Taman Sari Yogyakarta
Salam
Indonesia, kali ini kita akan melirik tempat wisata Taman Sari Yogyakarta. Istana Air Taman Sari atau yang sering
dikenal dengan Taman Sari merupakan salah satu tempat pariwisata menarik di
Yogyakarta. Situs ini terletak sekitar 0,5 km sebelah barat daya Kraton
Yogyakarta. Taman Sari dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih
10 menit dari Magangan keraton atau 5 menit dengan menaiki andong atau becak. Berdasarkan sejarah, Taman Sari didirikan pada
tahun 1758 dengan ide awal dari Pangeran Mangkubumi (yang kemudian bergelar
Hamengku Buwono I) dan Raden Ronggo Prawirosentiko (Bupati Madiun) sebagai
arsiteknya, sementara Demang Tegis (asli orang Portugis yang mendapat gelar
dari kerajaan) sebagai tenaga ahli strukturnya. Ada beberapa elemen yang
mempengaruhi arsitektur bangunan kompleks Taman Sari ini, diantaranya pengaruh
dari Hindu, Budha, Islam, Jawa, Cina, Portugis dan gaya Eropa. Tidak hanya
cantik dan bersejarah. Unsur-unsur yang terdapat dalam bangunan Taman Sari penuh
dengan simbol, makna dan filosofi tertentu.
Area
dari tenggara taman hingga perempatan kota disebut Kampung Segaran yang dulu semuanya berisi air. Saat ini area Kampung Segaran berganti nama menjadi
Suryoputran. Kata Segaran berasal dari Bahasa Jawa yang berarti laut buatan. Ya, Taman
Sari dahulu berada ditengah lautan buatan, atau orang-orang biasa menyebutnya
danau buatan karena lautan terkesan sangat luas dan lebar. Hal ini bukan tanpa
maksut. Danau buatan tersebut selain untuk mempercantik istana, juga berfungsi
sebagai sistem pertahanan. Dengan adanya danau buatan ini,ketika ada
penyerangan dari musuh, mereka tidak akan mudah langsung memasuki area istana. Setiap
kali Sultan mengunjungi taman ini untuk berjalan-jalan, Beliau mendayung perahu
melewati jembatan gantung yang disebut Kreteg
Gantung yang berada tepat di depan gerbang istana.
Taman
Sari dahulu tidak hanya dijadikan sebagai tempat untuk bersantai,
berjalan-jalan, dan hiburan Sultan beserta keluarganya, melainkan juga sebagai sistem
pertahanan yang unik. Air tidak hanya untuk memperindah taman namun juga
sebagai senjata rahasia ketika bahaya datang. Dahulu ada terowongan bawah tanah
rahasia yang menghubungkan Taman Sari dan Kraton. Ketika musuh menyerang, Sultan
dan keluarganya menyelamatkan dan melarikan diri ke Kraton melalui terowongan
tersebut. Ketika semua orang sudah berada di tempat aman, gerbang air akan
dibuka. Air akan membanjiri musuh hingga mereka tenggelam.
Kompleks
ini mempunyai empat bagian besar yaitu, pemandian, pertapaan, masjid bawah tanah
atau sering disebut Sumur Gemuling dan Pulau Kenanga. Bagian paling luas dari
kompleks ini adalah pemandian. Tempat inilah yang lebih biasa dikenal
masyarakat sebagai Taman Sari. Dalam sengkalan tahun Jawa, berdirinya Taman
Sari ditandai dengan “Catur Naga Rasa Tunggal” yang dilambangkan dengan dua
patung ular yang saling berhadapan yang terletak sebelum pintu masuk situs
pemandian Taman Sari. Sengkalan itu sendiri berarti tahun 1684. Menurut
filosofi Jawa, orang Jawa itu mempunyai sifat lemah lembut, ramah,
berhati-hati, namun apabila ada sesuatu yang mengancam dirinya, maka ia dapat
berubah menjadi sesuatu yang tidak terduga, seperti marah. Sebagaimana ular
juga mempunyai sifat-sifat tersebut.
Sebelum
memasuki kompleks pemandian, di bagian paling depan terdapat dua bangunan kecil
yang disebut “Gedung Temanten”. Dulu gedung tersebut berfungsi sebagai tempat untuk membuat minum, namun sekarang
telah berubah menjadi loket karcis masuk wisatawan. Di halaman tersebut terdapat prasasti
tentang sejarah Taman Sari dan salah satu renovasi terbesarnya, yaitu pada
tahun 1881 setelah gempa terbesar
gunung Merapi.
Pintu
masuk kompleks ini berupa sebuah gedung putih dengan ornamen cantik yang
disebut “Gapura Panggung”, yang pada zaman dahulu digunakan sebagai tempat melihat
bulan purnama sembari mendengarkan alunan musik gamelan dari “Gedung Papat”
yang terletak di barat bangunan ini. Disebut gedung papat karena jumlahnya ada
empat.
Taman
Sari juga berfungsi sebagai tempat pembelajaran bagi putra-putri dan cucu-cucu
Sultan. Pelajaran tersebut diambil dari makna yang terdapat di beberapa tanaman
yang ada di kompleks Taman Sari dan bentuk bangunan. Antara lain :
1. Pohon
Sawo Kecik. Kata ini berasal dari bahasa Jawa yaitu “Sarwo
Becik” yang artinya selalu baik. Hal ini mengandung makna bahwa sebagai manusia
kita harus selalu berbuat baik terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan.
2. Jeruk
Kingkit, berasal dari kata “Nylekit”. Yang bermakna, bahwa manusia
haruslah berhati-hati dalam berucap, senantiasa menjaga lisan agar tidak
menyakiti hati orang lain.
3. Tinggi
beberapa pintu bangunan yang hanya sekitar 1m, sehingga kita
harus menunduk ketika melewatinya. Hal ini mempunyai maksud bahwa seseorang
haruslah rendah hati, tidak sombong dengan segala yang dimiliki.
4. Jambu
Klampok Arum, berasal dari kata “Kethok Arum”.
Maksudnya bahwa apabila kita sudah mampu menjalankan ketiga sikap dan sifat di
atas, maka harapannya ketika meninggal nanti, nama kita akan selalu dikenang karena kebaikan yang telah kita lakukan.
Setelah
halaman tengah, bangunan berikutnya
adalah kolam renang. Terdapat tiga buah kolam, 2 diantaranya adalah yang nampak
ketika kita memasuki area kolam. Dahulu kolam tersebut digunakan sebagai
pemandian para selir raja, dan yang satu untuk tempat mandi para putri raja.
Sedangkan satu kolam lagi terletak terpisah dari kedua kolam tersebut, yaitu
berada di dalam bangunan di sebelah selatan. Kolam inilah yang menjadi tempat
mandi Sang Raja bersama salah satu selir yang beruntung mendapatkan lemparan
bunga “Kanthil” dari raja. Di setiap sudut kolam renang terdapat sangkar, yang dahulu
digunakan sebagai tempat pembakaran aroma terapi.
Kolam renang para selir raja dan putri raja |
Di
sebelah barat kolam, terdapat sebuah taman kecil. Di situ dipenuhi berbagai
macam bunga dan beberapa pohon. Seperti, bunga kanthil, melati, kenanga, dan
pohon mangga. Di tengah halaman terdapat napak tilas sebuah bangunan yang bernama “Gedung Lopak-Lopak”.
Gedung ini berbentuk seperti mercusuar dan tingginya melebihi “Gapura Agung”.
Pada zaman dahulu bagian bawah gedung digunakan sebagai tempat ritual makan
sirih, atau gosok gigi orang
pada
zaman dulu, dan di bagian atas digunakan sebagai tempat berjaga-jaga dan
mengintai musuh. Gedung ini runtuh bersamaan dengan terjadinya gempa bumi pada
tahun 1881. Tahun 2004, pemerintah sempat akan merenovasinya, namun karena akan terlihat seperti bangunan baru,
maka rencana pembangunan dibatalkan, sehingga sekarang hanya berupa napak tilas
saja. Di ujung barat, ada sebuah bangunan yang
disebut sebagai “Gapura Agung”. Disebut sebagai gapura agung karena pada zaman
dahulu bangunan inilah yang merupakan pintu gerbang utama situs Taman Sari.
Namun karena keadaan sekitar Taman Sari yang sudah berubah menjadi pemukiman,
maka pintu masuknya beralih dari timur, yaitu dari “Gapura Panggung”.
Bagian
kedua dari komplek Taman Sari adalah pertapaan. Ada bagian sakral yang
ditunjukkan oleh bangunan yang agak menyendiri. Tempat ini bernama Gedong
Ledoksari. Dahulu tempat ini merupakan tempat pribadi dan tempat peraduan
Sultan setelah mandi bersama selir yang terpilih. Sebenarnya, bangunan inilah
yang merupakan bangunan yang pertama kali didirikan, namun karena tempatnya
sempit, maka kemudian Sultan membangun pemandian.
Area
selanjutnya adalah Pulau Kenanga. Bagian ini terdiri dari beberapa bangunan
yaitu Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti, Sumur Gemuling, dan lorong-lorong bawah
tanah. Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti adalah sebuah bangunan tinggi yang
berfungsi sebagai tempat beristirahat, sekaligus sebagai tempat pengintaian
ketika ada musuh menyerang. Bangunan inilah satu-satunya yang akan kelihatan
apabila kanal air terbuka dan air menggenangi kawasan Pulau Kenanga ini. Konon
dulu terdapat banyak bunga kenanga di tempat ini dan berfungsi sebagai tempat
berekreasi Sultan dan keluarga melihat pemandangan dari puncak bangunan. Di
area tersebut terdapat tempat yang dinamakan Sumur Gemuling. Tempat itu
merupakan sebuah bangunan melingkar yang berbentuk seperti sebuah sumur di dalamnya
terdapat ruangan-ruangan yang dahulu berfungsi sebagai tempat sholat.
Area Sumur Gemuling |
Terdapat
lima tangga dengan masing-masing mempunyai
jumlah sembilan anak tangga. Lima yang berarti terdapat lima rukun dalam
Islam yaitu syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji. Sementara sembilan anak
tangga adalah simbol sembilan wali atau yang sering kita kenal dengan wali songo. Tepat di bawah tangga-tangga
tersebut terdapat sumber air yang dahulu digunakan sebagai tempat untuk bersuci
atau berwudhu.
Sementara
itu lorong-lorong yang ada di kawasan ini dahulu konon berfungsi sebagai jalan
rahasia yang menghubungkan Taman Sari dengan Kraton Yogyakarta. Bahkan ada
legenda yang menyebutkan bahwa lorong ini tembus ke pantai selatan dan
merupakan jalan bagi Sultan Yogyakarta untuk bertemu dengan Nyai Roro Kidul
yang konon menjadi istri bagi raja-raja Kasultanan Yogayakarta. Bagian ini
memang merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat pertahanan atau
perlindungan bagi keluarga Sultan apabila sewaktu-waktu ada serangan dari
musuh.
Dahulu,
area Taman Sari sangatlah luas, tetapi akibat gempa bumi dari gunung merapi,Sebagian
bangunan Taman Sari runtuh dan berubah fungsi menjadi pemukiman penduduk.
sampai sekarang banyak bangunan yang rusak dan tidak dapat diteliti kembali,
akibat gempa bumi dari merapi tersebut.
Taman
Sari buka setiap hari dari pukul 09.00-15.30 WIB. Untuk pengunjung domestik
dikenakan biaya masuk sebesar Rp 3.000,00. Sedangkan untuk wisatawan
mancanegara dikenakan biaya Rp 7.000,00. Serta diwajibkan membayar Rp 1.000,00
jika membawa kamera.
Menarik
bukan, sekian pembahasan tentang tempat wisata Taman Sari Yogyakarta. Semoga bermanfaat serta dapat dijadikan
referensi untuk menambah rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia.
Oleh : Nihayatu Zunairoh
Baca artikel terkait :
Kata kunci : tempat wisata, lokasi wisata, sejarah, taman sari Yogyakarta, taman
sari Yogyakarta tourism.
Iya mbak Retno sama-sama, terimakasih juga sudah berkunjung ke web saya :)
ReplyDelete