Au Pair Sebagai Ajang Pertukaran Budaya

Sering sekali saya mendapat pertanyaan tentang program Au Pair yang saya ikuti ini, dan sering kali juga saya harus menjelaskan hal yang sama. Jadi saya pikir akan lebih bagus jika ditulis di blog sehingga informasinya pun lebih lengkap. Selain itu, saya akan menceritakan pengalaman setahun Au Pair saya dengan berbagai rasa kayak permen nano-nano. Ha ha. sedih, gembira, konyol, mengharukan, heart touching, dan lain sebagainya.  

Apa sih Au Pair itu?
Sudah pernah mendengar kata ini sebelumnya? Bagi sebagian orang mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Namun masih banyak juga orang-orang di sekeliling saya yang belum mengetahuinya. Jadi, Au Pair adalah sebuah program homestay yang dikemas sebagai ajang pertukaran budaya di manca negara, di mana para participant tinggal di sebuah keluarga dan menjadi anggota keluarga tersebut. Nah, sebelum saya paparkan lebih lanjut lagi mengenai Au Pair ini alangkah baiknya kita mengetahui dulu tentang sejarah Au Pair. Jadi program Au Pair lahir sekitar tahun 1970. Berdirinya program ini dilatarbelakangi oleh banyaknya anak muda barat yang ingin pergi ke manca negara namun tidak mempunyai dana yang cukup. Oleh karena itu didirikan organisasi au pair di dunia.
Kata Au Pair sendiri berasal dari Bahasa Perancis, yang artinya equal atau sejajar. Sedangkan pengertian Au Pair yang dikutip dari Wikipedia adalah “An au pair (plural: au pairs) is a domestic assistant from a foreign country working for, and living as part of, a host family. Typically, au pairs take on a share of the family’s responsibility for childcare as well as some housework, and receive a small monetary allowance for personal use.” Artinya, seorang Au pair adalah  asisten domestik dari negara asing yang bekerja dan tinggal dengan keluarga angkat sebagai bagian dari keluarga tersebut. Dengan demikian seorang Au Pair dapat mempelajari budaya dan bahasa mereka. Tugas Au Pair di dalam keluarga adalah membantu mengasuh anak-anak host family dan membantu pekerjaan rumah ringan sebagai balas jasa. Mengapa balas jasa? Ya, karena Au Pair mendapat uang saku setiap bulannya, tempat tinggal dan makan gratis. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Au Pair bukanlah pembantu rumah tangga, karena antara Au Pair dan host family mempunya kedudukan yang sama. Tiap negara mempunyai persyaratan yang berbeda. Di Amerika, mereka yang dapat mengikuti program ini adalah yang berumur 18-26, belum menikah, dan tidak mempunyai catatan criminal.

Mengapa saya mengikuti program Au Pair di Amerika?
Hemm… ngomong-ngomong kenapa saya bisa terdampar sampai ke negeri Paman Sam, jawabannya adalah saya tersesat. Haha.. ya tersesat! Soalnya saya tidak pernah mendaftarkan diri untuk menjadi Au Pair di Amerika. Amerika sama sekali tidak masuk dalam salah satu list negara pilihan saya, bahkan memimpikan Amerikapun tidak pernah. Di samping jauh dari Indonesia, saya agak sedikit takut ke Amerika karena Amerika suka perang (haha…alasan yang sedikit tidak benar). Apalagi Baltimore, tempat di mana saya tinggal. Disana sering kali sekali ada tindak criminal. Jadi begini, awalnya saya iseng aja daftar program Au Pair tapi di Perancis.
Kenapa saya milih Perancis? Karena saya memilih negara-negara yang bahasanya saya kuasai. Bukan kuasai si karena masih acak adul juga bahasa Inggris dan Perancisnya. Paling tidak untuk berkomunikasi, bisa mengerti dan dimengerti meskipun tata bahasa masih suka amburadul. Yang penting apa yang dibicarakan tersampaikan. Itu saja. Nah, kembali ke bahasan tadi. Saya mendaftar Au Pair di Perancis, karena  waktu itu memang iseng-iseng saja, jadi saya tidak begitu getol mencari host family. Hanya mengirim beberapa pesan saja ke beberapa host family, dan alhasil tidak ada yang nyantol. Tetapi suatu hari, tepat beberapa hari sebelum saya ulang tahun saya mendapat email dari seorang dokter bedah anak di Amerika. Beliau menulis email yang isinya sedang mencari Au Pair untuk anaknya. Saya tidak tahu mengapa beliau mengirim email kepada saya, karena jelas-jelas terlihat pada profil di akun Au Pair wolrd, saya memilih negara Perancis. Ah, sepertinya Tuhan memang sedang merencanakan sesuatu untuk saya. Singkat cerita, si dokter ini memberi tahu bahwa tanggal 16 Desember 2012 akan ke Jakarta bersama keluarganya. Mereka akan menginterview 12 kandidat Au Pair yang sudah mereka pilih lewat salah satu website Au Pair. Wah, tahu gak si itu pertama kalinya saya ke Jakarta. Haha…maklum saya kurang piknik memang. Sampai Jakarta pagi, dan sorenya saya survey hotel tempat interview untuk keesokan harinya. Well, jam 11 saya sampai hotel deg deg sir juga (biasa ketemu orang baru… haha). Akhirnya saya bertemu mereka di lobby hotel. Interviewnya seperti ngobrol biasa aja si tentang alasan kenapa saya tertarik menjadi Au Pair, tentang pengalaman mengasuh anak, tentang bagaimana kesiapan saya jika harus jauh dari keluarga dan teman-teman nantinya, dan lain sebagainya. Satu hari kemudian, saya sudah kembali ke Temanggung. Malamnya ada telepon dari calon host family ini. Saya kaget, tidak percaya kalau sayalah yang terpilih. Wah, rasanya kaya es campur. Macem-macem rasa. Deg-degan, seneng, nervous, sedih….pokonya gitu deh. Nah itu tadi cerita kenapa saya bisa terdampar jauh ke Amerika!
Oya, alasan lain kenapa saya mengikuti program ini adalah karena otak saya pas-pasan sekali untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri, dan jika harus dengan biaya sendiri akan sangat mahal. Au Pair merupakan pilihan yang tepat untuk saya yang ingin menjelajah dan merasakan atmosfir kehidupan di belahan dunia yang lain tanpa harus keluar dana banyak!

Mengurus dokumen-dokumen perjalanan dan ijin tinggal
Setelah mereka memutuskan bahwa sayalah yang akan menjadi Au Pair mereka, maka setelah itu saya disuruh sign up secara online ke salah satu agen Au Pair di Amerika, namanya “Expert Aupair”. Salah satu dari 14 agen Au Pair resmi di Amerika.
Sebenarnya sistem ini terbalik. Biasanya Au Pair sign up terlebih dahulu, kemudian Au Pair dan host family akan bertemu melalui website agen Au Pair tersebut. Atau agen yang akan mencarikan untuk kedua-duanya. Untuk host family yang sedang mencari Au Pair, atau Au Pair yang sedang mencari host family.
Hal ini dilakukan karena memang dari dulu calon host family sudah menggunakan agen “Expert Au Pair” untuk mengurus keperluan Au Pair sebelumnya, yang kebetulan dari Indonesia juga (dan dia adalah Au Pair Indonesia pertama di Amerika lo J  ).
Okey, Jadi langkah pertama yang saya lakukan adalah mengisi formulir online melalui website www.expertaupair.com. Setelah itu Katie, dia adalah the placement specialist Expert Au Pair yang membantu segala sesuatu tentang pengurusan semua dokumen yag diperlukan. Dokumen-dokumen tersebut di antaranya adalah:
1.      Persetujuan Au Pair yang harus saya tanda tangani 
2.      1 referensi kerja. Referensi kerja adalah seseorang yang dapat mengomentari karakter pribadi kita, etos kerja, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengalam kita saat bekerja di suatu tempat. Hal ini bertujuan agar agen Au Pair mengetahui gambaran positif dan etos kerja kita.
3.      2 referensi personal. Referensi personal dapat diperoleh dari teman atau orang-orang yang mengenal kita. Tapi referensi personal tidak boleh diisi oleh salah satu anggota keluarga kita. Waktu itu saya mendapat referensi dari satu teman sekolah, dan satu lagi dari teman seorganisasi. 
4.      Surat keterangan dokter. Form telah disediakan oleh agen sehingga kita hanya perlu melakukan pemeriksaan ke dokter, setelah itu form diisi dan ditandatangani oleh dokter yang memeriksa kita. 
5.      SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian). SKCK adalah surat yang dikeluarkan oleh kepolisisan yang menerangkan bahwa seseorang pernah terlibat atau tidak dalam kejahatan atau tindak kriminalitas. Biasanya SKCK sudah ada terjemahan bahasa Inggrisnya kecil di setiap bawah kata dalam bahasa Indonesianya. 
6.      Foto copy Paspor
7.      Foto copy SIM (jika punya). Ada beberapa host family yang mewajibkan Au Pairnya bisa menyetir mobil, karena akan sangat berguna jika harus mengantar anak-anak ke sekolah atau ke tempat lainnya. Banyak host family yang menyediakan mobil khusus untuk Au Pairnya, sehingga Au Pair juga dapat menggunakan mobil tersebut untuk keperluan pribadinya di waktu offnya. 
8.      Proof of secondary school completion. Secondary school yaitu sekolah menengah. Bagi sekolah yang tidak menganut sistem Junior High School dan Senior High School (seperti halnya SMP dan SMA di Indonesia), mereka mempunyai sistem secondary school yang berlangsung selama 5 atau 6 tahun. Jadi, syarat menjadi Au Pair salah satunya sudah lulus dari sekolah menengah (SMA). Dari uraian tadi, dapat disimpulkan bahwa untuk murid SMA yang baru saja lulus dan umurnya memenuhi syarat dapat mengikuti program ini. Saya punya beberapa teman dari Eropa yang waktu itu Au Pair di Amerika, mereka lulus SMA kemudian pergi ke Amerika setahun. Setelah itu mereka kembali ke negaranya untuk melanjutkan pendidikannya ke universitas. Saya melihat bahwa hal ini juga mempunyai potensi yang baik sebagai modal sebelum meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain kita mendapat banyak pengalaman dengan budaya dan lingkungan baru, tentu kita dapat menjalin relasi dengan banyak orang dari berbagai negara. Selain itu, sebagai Au Pair di Amerika kita sangat-sangat bisa menyisihkan uang saku kita untuk ditabung ketika kembali lagi ke Indonesia. It sounds great right?
9.      3 Foto personal dengan anak-anak
10.  Surat untuk host family. Surat ini tidak perlu panjang-panjang, yang penting dapat menyampaikan keinginan kita sebagai Au Pair dengan alasan dan motivasi kita. Kita dapat menulis langsung kepada host family, tidak perlu melalui agen. 
11.  Tes kepribadian yang sudah disediakan oleh agen kemudian diisi. Tidak hanya mengisi form saja, namun saja juga melakukan wawancara oleh interviewer dari Jakarta yang ditunjuk khusus oleh agen. 
12.  Surat referensi 200 jam child care experience. Pengalaman mengasuh anak selama 200 jam ini dapat kita lakukan dengan menjadi volunteer di panti asuhan atau TPA. Setelah itu, kita dapat meminta surat kepada petugas tempat kita menghabisk

Mengurus Visa
Kita tidak perlu khawatir mengenai pengurusan visa, karena agen akan sepenuhnya memandu tahap-tahap pengurusan visa. Dokumen yang kita perlukan semuanya akan dikirim. Pertama kita harus membayar ke bank, sebesar $160. Setelah mendapat kwitansi, ada kode khusus yang dapat digunakan untuk menjadwalkan wawancara kita ke kedutaan. Setelah itu tinggal isi data, dan di hari yang ditentukan kita pergi ke kedutaan untuk wawancara visa. Keputusan kedutaan untuk menyetujui permohonan visa atau tidak biasanya dilakukan dihari yang sama saat kita wawancara, kecuali ada kasus-kasus khusus di mana pihak kedutaan perlu menimbang banyak hal dari berkas-berkas kita, sehingga kita perlu menunggu.
Saya punya pengalaman pahit terkait dengan pengurusan visa. Pasalnya permohonan visa saya ditolak dan uang tidak kembali. Sedih ggak si? Padahal itu duit hutang (haha…jujur banget ya). Sedih banget….saya menangis semalaman (kaya lagu aja. Lebay!). Waktu itu saya mengajukan permohonan visa di Surabaya, dengan pertimbangan bahwa antrian tidak akan sebanyak di kedutaan Amerika di Jakarta. Pagi-pagi sekali saya diantar kakak sepupu ke konsulat, kebetulan rumah dia tidak terlalu jauh dari konsulat. Rasanya deg-deg sir waktu mata mulai bisa melihat gedung besar yang terlihat pengamanan cukup ketat, petugas security terlihat di berbagai titik. Turunlah saya dari mobil, karena pengantar tidak boleh masuk dengan terpaksa saya harus sendiri dong. Well, sebelum masuk tas dicek seperti biasa. Cling…..ada roti ada air minum. Mbak, tidak boleh bawa makanan atau minuman ke dalam, kata pak polisi. Jadi kalau mau dimakan, silahkan dimakan sekarang. Yaelah pak, yaudah akhirnya saya makan roti di luar sambil ngobrol sama dua bapak yang bertugas di pintu masuk tadi. Tiba-tiba bapaknya tanya. Dari mana mbak asalnya? Saya dari Temanggung pak. Oh, yang kemarin-kemarin buat sembunyi teroris itu ya? Towew…wew…. Iya pak, jawab saya sambil ngebatin dalam hati (belum masuk aja, udah ngomongin soal teroris, semoga jadi pertanda baik!Haha, harusnya saya ke sini pakai kaos temanggungan yang bertuliskan “Temanggung is not terrorist town”). Akhirnya setelah melewati beberapa pengecekan yang cukup ketat, saya masuk. Semua dokumen dari agen, saya bawa semua, tapi saya agak curiga. Pasalnya petugas konsulat seperti ada keraguan tentang permohonan visa ini. Semua dokumen saya serahkan. Di dalam para petugas sedang berembug sembari membolak balikkan dokumen saya. Menunggu… dan menunggu. Akhirnya nama saya dipanggil, tapi saya disuruh masuk ruangan khusus untuk diinterogasi lebih lanjut. Pertanyaan demi pertanyaan saya jawab dan akhirnya selesai. Sementara mereka belum bisa memberi kepastian bahwa visa saya disetujui atau tidak. Paspor ditahan dan mereka akan menghubungi saya kembali. Sayapun pulang dengan lemah lunglai. Jauh-jauh ke Surabaya, kalau sampai visa saya ditolak bagaimana? Uang akan hilang begitu saja. 3 hari kemudian saya mendapat email dari konsulat yang bikin saya benar-benar patah hati, melebihi patah hati waktu saya putus dengan pacar (uhuk…). Alasan mereka sulit untuk saya terima dan sampai sekarang benar-benar saya tidak paham. Mereka bilang bahwa penolakan visa saya dikarenakan tidak ada bukti yang kuat yang menunjukkan keterikatan saya dengan negara saya. Padahal semua dokumen sudah saya sudah lengkapi. Hemm… mungkin mereka takut kalau saya keenakan di sana dan ggak balik ke Indonesia. Entahlah!
Akhirnya saya mengajukan visa lagi tapi kali ini di kedutaan Amerika di Jakarta. Beruntungnya agen mau membiayai pengurusan visa yang sempat membuat saya patah hati tadi. Selain itu CEO Expert Au Pair dan host family saya membuat surat pengantar kepada keduataan untuk meminimalisir penolakan visa lagi.  Jam 6 teng saya sudah sampai, jreng jreng jreng…. Wah gila! Jam segitu aja antrian panjang mengular. Pengecekan demi pengecekan sudah terlewati, dan waktu sampai di loket pengecekan berkas-berkas, ternyata foto saya salah. Jilbab saya menutupi jidat. Keluarlah saya, mencegat abang bajai dan wuusss dia mengantarkan saya ke salah satu studio photo dekat situ. Wah benar-benar perjuangan dan uji mental ketika saya harus bolak balik sendirian dan kebetulan buta Jakarta, haha. Untung saya ggak diculik sama abang bajai. Loh!!!!
Ini yang namanya the power of kepepet! Singkat cerita, permohonan visa saya tembus! Wah kaya togel aja. Rasanya waktu itu pengen jingklak-jingklak guling-guling. Saya langsung memberi kabar host family saya dan agen. Setelah itu mereka akan segere memproses keberangkatan dan mengurus tiket pesawat untuk saya. 4 hari kemudian paspor yang sudah bervisa Amerika tersebut telah sampai di tangan saya melalui jasa pos. Proses pembuatan visa sebenarnya cepat, hanya saja kita perlu hati-hati dalam menyiapkan segala dokumen-dokumen yang diperlukan. Jangan sampai uang hilang, visapun tak keluar. Ada beberapa pemohon visa yang ditolak juga waktu itu. Apapun itu, hari itu saya sangat lega!

Childcare training di Florida
Dua minggu kemudian, saya berangkat. Alhamdulilah, perjalan mulus hingga tiba di Florida. Meski waktu di bandara Adi Sutcipto Jogja saya berderai air mata. Haha, bukan saya lebay. Tapi karena itu kali pertamanya saya harus berpisah jauh dari keluarga, teman, dan segalanya yang sudah menjadi comfort zone saya. Belum lagi, beberapa teman kuliah yang menyempatkan diri datang ke bandara tidak untuk say good bye tapi untuk sekedar bilang “sampai bertemu lagi Niha”. Beberapa teman kasih saya bingkisan. Salah satunya ada yang ngasih bola globe kecil yang ada surat kecil dengannya. Isi suratnya cukup mengharukan! Saya tergopoh-goboh masuk untuk mendapatkan boarding pass. Semua penumpang pesawat sudah siap semuanya di waiting room, kecuali saya. Saya nyaris ketinggalan pesawat waktu itu. Syukurlah, hanya nyaris. Di anjungan mereka berjejer, melihat pesawat yang saya tumpangi lepas landas, hati saya remuk redam sangking gugupnya saya mbludus dari mobil langsung masuk ke bandara tanpa pamitan sama ibu dan keluarga. Linangan air mata di balik kaca jendela pesawat melihat mereka tengah menunggu saya sampai benar-benar mengangkasa. Aduh, dramatis deh!
Sekitar 28an jam di perjalanan, akhirnya tiba juga di bandara Tampa Florida. Capek, seneng! Kesan pertama, waw bersih! Dan semuanya teratur. Saya dijemput langsung sama CEO Expert Au Pair. Namanya Mark, berdarah Inggris, berperawakan tinggi dengan rambut pirang gondrongnya. Saya ggak nyangka aja, saya pikir akan ada sopir khusus dari agen yang akan menjemput para Au Pair. Ternyata pimpinannya langsung loh dan bahkan membawakan koper kami ke mobilnya. Dia baik dan ramah, mengajak ke depot makanan dan saya hanya mengambil satu botol air miniral karena haus . Dia juga mempersilahkan saya untuk menghubungi keluarga di Indonesia dengan memakai HPnya, karena nomer saya tidak berfungsi saat itu. Hari itu Mark menjemput 3 orang dan kebetulan sekali ketiga-tiganya dari Asia. Joey dari Cina, Janeth dari Filipina, dan saya dari Indonesia. Ada satu lagi dari Vietnam tetapi dia sudah sampai di hotel terlebih dahulu.

Expert Au Pair
Menuju hotel, sepulang dari training di kantor Expert Au Pair

Expert Au Pair
Makan siang di salah satu resto dekat kantor Expert Au Pair
Kegiatan training berlangsung berlama 4 hari dengan total 32 jam. Kegiatan training meliputi:
1.      Segala sesuatu tentang bagaimana mengurus anak. Mulai dari permasalahan-permasalah yang mungkin akan terjadi pada anak-anak, penanganannya, pencegahan, pendekatan pada anak-anak dan lain sebagainya. Di sini, saya merasa betapa harus ekstra hati-hati mengurus anak, lebih-lebih lagi bukan anak kita sendiri. Selama kita di rumah bersama anak-anak, maka kita bertanggung jawab penuh atas mereka. Dulu saya mengasuh dua anak. Laki-laki, 2,5 tahun dan baby girl lahir waktu saya tepat satu minggu tinggal di rumah mereka. Host kid saya yang laki-laki ini alergi dengan kacang. Makanya harus ekstra hati-hati ketika saya bersamanya. Dia tidak bisa makan makanan yang mengandung kacang. Entah itu ada di kue, permen, atau coklat. Ini bukan alergi sepele, ketika dia makan kacang maka reaksinya akan sangat cepat. semua mukanya merah bentol-bentol dan bisa sampai sesak nafas. Di dalam tas yang berisi keperluan anak sudah tersedia obat untuk pertolongan pertama. Bentuknya seperti jarum suntik. Jadi saya harus menyuntikkan ke pahanya jika suatu waktu dia kena alergi yang serius. Tapi bagusnya alatnya itu ada guide audionya, di mana kita bisa mendengarkan petunjuk pemakaian. Tetapi untungnya sampai saya pulang ke Indonesia saya belum pernah sama sekali menggunakan alat itu. Kalau iya, seperti saya bakal panik luar biasa. Pernah suatu hari kami mendatangi pesta pernikahan, di situ ada permen dan coklat yang mengandung kacang. Karena permen dan kacang tersebut sudah dimasukkan ke dalam sebuah kotak kue yang cantik maka kamitidak tahu apakah itu mengandung kacang atau tidak. Dia main-main, lari dengan anak-anak yang lain. Kami tidak begitu memperhatikan sampai akhirnya dia alergi, makan permen atau coklat mungkin. Reaksinya cepat sekali, muncul bentol-bentol merah di wajah, dan rewel. Mungkin badan dia juga tidak enak. Langsung saja kami membawanya ke apotek sebelum keadaan lebih parah. 
2.      Kami belajar tentang budaya Amerika. Trainer kami mengajak kami ke restaurant, bagaimana makanan ala Amerika dan juga tradisi memberi tips sebagai rasa terimakasih atau kepuasan atas pelayanan resto. Kami juga pergi ke supermarket.
3.      CPR training. CPR (cardiopulmonary resuscitation) dalam bahasa Indonesianya adalah resusistasi jantung dan paru atau sering disebut napas buatan. Jadi training ini merupakan pelatihan tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan nafas yang menyempit atau tertutup sama sekali. Kami belajar bagaimana memberikan pertolongan pertama pada orang dewasa dan anak-anak. Penting sekali bagi Au Pair untuk mengetahui hal ini. Jika suatu hal buruk terjadi pada host kids mereka, paling tidak mereka sudah mempunyai bekal pengetahuan bagaimana menangani masalah tersebut.
4.      Trainer memberi beberapa tugas seperti masalah yang sering muncul pada anak-anak. Waktu itu saya menjelaskan kebiasaan anak-anak menghisap jempol, yang kadang kebiasaan tersebut dibawa sampai mereka besar. Trainer juga menyuruh kami membuat time table dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Menulis kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan ketika bersama anak-anak.


Kegiatan-kegiatan yang saya ikuti selama menjadi Au Pair di Amerika
Ada beberapa kegiatan yang diadakan oleh agen. Di antaranya adalah: 
1.      Au Pair Gathering di New York. Meski tidak banyak Au Pair yang bisa datang ke acara tersebut namun sedikitnya ada 15an orang yang menyempatkan untuk hadir. Hal ini dikarenakan ada beberapa Au Pair yang tinggal jauh dari New York dan tidak memungkinkan datang. Beruntungnya saya tinggal tidak jauh dari New York, hanya 4 jam ditempuh dengan bus. Acara tersebut memberikan kesempatan kepada kami untuk mengenal Au Pair dari banyak negara yang berbeda. Di antaranya dari Perancis, Jerman, Swedia, Australia, Afrika, dan beberapa dari Amerika Selatan. Ada dua staff dari agen yang menghandle acara tersebut. Acaranya adalah scavanger hunt through the city (menyusuri kota). Jadi intinya kami bersenang-senang, mengenal satu sama lain, sharing tentang pengalaman Au Pair masing-masing, dan yang paling seru dan paling inti adalah susur kota New York. Yey!!! Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok-kelompok tersebut berpencar berbekal satu kertas berisikan petunjuk-petunjuk tugas yang harus kami lakukan. Tugasnya seru banget, dan gokil! Di antaranya adalah: 
a.    kami harus foto dengan polisi di kota New York, 
b.    berfoto dengan pose sedang menyegat taxi kuning khas New York, 
c.    menirukan gaya  tokoh figure yang ada di depan Replay’s Believe it or not Times Square yang super kece, 
d.   Menemukan dengan orang berambut warna-warni (jadi, kami harus nemu orang yang bersemir warna-warni dan mengajaknya berfoto), 
e.    Berpose di atas patung singa besar di depan perpustakaan publik kota New York. Perpustakaan ini merupakan perpustakaan terbesar kedua di Amerika Serikat, dan terbesar keempat di dunia, 
f.     Menyambangi toko coklat “Hershey’s Chocolate World” di kawasan Times Square. Di tempat tersebut kita bisa menjumpai berbagai macam coklat, bingkisan menarik, hingga kreasi-kreasi cantik yang terbuat dari coklat.

g.    Menemukan orang yang memakai topi berlogo NY, dan mengajaknya berfoto,
h.    Pergi ke FAO Schwarz dan menemukan piano besar kemudian menjajal tuts piano dengan kaki. Karena saking besarnya, jadi ngetuknya pakai kaki dong! Haha. FAO Schwarz adalah toko mainan besar tertua di AS yang didirikan pada tahun 1862. Toko ini menyediakan berbagai macam permainan, boneka-boneka,mainan binatang yang berukuran nyata dan lain sebagainya.
i.      Mengunjungi “Grand Central Terminal”, stasiun kereta api terbesar di dunia menurut jumlah peron keretanya. Stasiun ini mempunyai 44 peron dengan 67 rel. Rel-rel ini dibagi menjadi dua tingkat, dan berada di bawah permukaan tanah. 41 rel di tingkat atas dan 26 di tingkat bawah.
Sebenarnya tak hanya itu aja tugasnya, tapi secara keseluruhan kami benar-benar menikmati acara tersebut. Pokoknya hari itu seru banget, kami naik metro dari satu tempat ke tempat lain. Berikut cuplikan foto-foto kegiatanya, cekidot!

The big piano di FAO Schwarz NY
The big piano di FAO Schwarz NY

Para Au Pair berfoto bersama dengan staf  EA dan local representative New York
Para Au Pair berfoto bersama dengan staf  EA dan local representative New York

The world’s largest Hershey’s chocolate!
The world’s largest Hershey’s chocolate!

Patung singa di depan New York Public Library
Patung singa di depan New York Public Library



Au Pair Gathering di Washington DC
Setelah sebelumnya kami mengadakan au pair gathering di NYC pada bulan Agustus 2013, Expert AuPair mengadakan lagi di akhir bulan September. Nah, kali ini Expert AuPair menjadi salah satu sponsor acara “5K Octoberfest Run”. Ini merupakan acara tahunan yang digelar oleh German school di Washington DC. Acaranya lomba lari, tapi kali ini saya datang bersama konselor saya ntuk meramaikan acara saja. Pasalnya sampai sana lomba larinya sudah dimulai. He he. Dalam acara tersebut, ada beberapa kegiatan untuk anak-anak, best costum dengan pakaian tradisonal Jerman, kuliner dari berbagai negara, dan musik. Saya bertemu beberapa staf dari EA dan au pair dari kota lain. Kami saling bercerita tentang pengalaman kami  masing-masing. Salah satunya adalah teman yang tinggal di DC. Dia memperpanjang kontrak au pairnya untuk tinggal satu tahun lagi. Host kidnya perempuan, sekitar umur 3 tahun. Mereka dekat sekali. Teman saya berasal dari Jerman. Sedikit banyak host kidnya mengerti bahasa Jerman, karena teman saya sering menggunakan bahasa Jerman ketika berkomunikasi dengannya. Itulah sedikit gambaran tentang sudut “culture exchange”. Mereka bisa mempelajari bahasa kita, budaya kita dan begitu juga sebaliknya.  

Au Pair Gathering di Washington DC
Au Pair Gathering di Washington DC


Au Pair Cookie Party

“The Cookie Exchange” adalah salah satu tradisi yang sudah umum bagi warga Amerika menjelang liburan musim dingin dan natal. Biasanya seseorang akan mengundang beberapa orang di rumah dan para tamu undangan membawa kue sendiri-sendiri. Biasanya mereka bisa membeli atau membuat cookie dengan kreasi yang bermacam-macam. Sembari mengobrol, kami saling icip dengan berbagai cookie yang kami bawa. Meski tak banyak au pair yang bisa datang waktu itu, namun saya sangat menikmati kehangatan sambutan mereka dan setelah itu kami bersama-sama ke sebuah taman yang penuh dekorasi à la natal.Berbagai cookies juga disajikan gratis di sana, belum lagi ukurannya yang besar membuat saya tambah semangat. Ha ha. Ada BBQ, music, dan binatang-binatang untuk menghibur anak-anak.
Oya, suatu hari saya juga berkunjung ke sebuah keluarga di New York dan mendapati anak-anak membuat rumah-rumahan dari cookies. Wah kreatif sekali! Asli, awalnya saya tidak mengira kalau bahan dasarnya adalah cookie. Warnanya coklat-coklat gelap. 
Au Pair cookie party di rumah konselor au pair Maryland dan Washington DC
Au Pair cookie party di rumah konselor au pair Maryland dan Washington DC


Mengikuti kelas bahasa Inggris dan Perancis
Salah satu kewajiban Au Pair adalah mengikuti kelas, minimal 72 jam/tahun. 72 jam selama setahun sangat sedikit bukan?. Waktu itu saya mendaftar di Community College. Selain harganya pas di kantong, sekolah ini menawarkan beberapa kelas yang berbeda-beda. Bermacam-macam kelas bahasa, kelas seni, kesehatan, dan lain-lain. Karena bahasa Inggris saya yang masih pas-pasan maka saya mengambil kursus kelas bahasa Inggris. Biaya sekolah disubsidi oleh host family sebesar $500. Hal ini sudah menjadi aturan program Au Pair di Amerika. Namun demikian, jika biaya kursus tidak sampai $500, katakan saja $400 sebagai contoh, maka kita hanya berhak mendapat subsidi sejumlah yang kita perlukan. Kebetulan waktu itu kursus saya gratis. Jadi ada level 1-5. Pemerintah menyediakan kursus gratis dari level 1-4. Hal ini sangat menguntungkan mengingat banyak sekali imigran yang dari banyak negara yang belum lancar berbahasa Inggris.  Saya mengikuti tes masuk, dan ditempatkan di level 4 maka lagi-lagi saya beruntung karena level tersebut dapat ditempuh tanpa membayar sepeserpun. Merasa hanya sedikit jam yang saya ambil dan itupun gratis, maka saya mendaftar juga untuk kelas Perancis, dengan biaya $200an. Dengan kata lain, uang subsidi masih sisa $300. Saya gak mau rugi dong. Saya pun membeli buku-buku pelajaran dan menyerahkan bukti pembelian kepada host family saya. Sebenarnya saya tertarik mengikuti kelas seni seperti teater, kerajinan keramik, atau kelas fotografi. Sayang sekali waktunya bentrok sama jam kerja. Kalau tidak, kampusnya yang terlalu jauh dan agak mengerikan jika harus pergi sore dan pulang malam-malam. Saya tinggal di Baltimore dan Baltimore banyak kriminal. Senjata dilegalkan dan sering ada “orang gila”  bermain dengan senjata sampai membunuh nyawa orang. Kelas Bahasa Perancis saya juga berada di pinggiran kota. Saya harus naik bus 2 kali, dengan waktu tempuh 1-1,5 jam. Kampus benar-benar di tengah hutan. Kelas selesai pukul 21.30, dan saya harus menunggu bus di bus stop yang di depannya hutan. Krik..krik…suara makhluk-makhluk hutan, ha ha maksut saya jangkrik. Tapi tetep aja ngeri. Pernah saya tersesat naik bus, dan alhasil saya sampai pusat kota tengah malam. Kebayang ggak sih gimana ngerinya. Perempuan sendirian, sampai rumah sekitar jam setengah satu. Semenjak kejadian itu, host dad saya selalu menjemput usai kelas. Bersyukur punya host dad yang baik.
Untuk kelas bahasa Inggris, juga sekitar satu jam. Tetapi hanya naik bus sekali dan berjalan kaki sampai rumah 10 menit. Karena saya mengambil kelas malam, host mom saya membekali saya senjata juga untuk berjaga-jaga, karena sekali lagi sering ada orang gila iseng. Saya dibekali senjata semprotan lada, haha ini sudah sangat jamak di Amerika. Semprotan ini selalu di tangan dengan jari yang sigap ditombol pembuka, jadi bisa langsung beraksi jika ada orang jahat yang menggangu saya. Senjata saya ini akan mengakibatkan batuk-batuk dengan bau yang menyengat dan jika disemprotkan di mata akan sangat pedih namun tidak mengakibatkan kebutaan. Jadi aman! Habis itu langsung kabuuur…. Hha, untungnya sekalipun belum pernah saya menggunakan senjata itu.
Beberapa bulan sebelum saya pulang, host family pindah rumah ke suburb. Rumah lebih nyaman, asri, sunyi tidak seperti waktu tinggal di pusat kota setiap hari mendengar ambulance atau mobil kendaraan lewat. Akan tetapi hal ini membuat saya lebih jauh dari sekolah saya. Saya harus naik bus, kemudian light rail ke pusat kota dan setelah itu naik bus satu kali lagi untuk sampai ke sekolah. Sehingga saya sering terlambat sampai sekolah dan pulang sebelum kelas selesai karena harus mengejar bus. Lagi-lagi saya beruntung, selalu ada saja orang yang berbaik hati dalam keadaan saya yang sulit. Jadi, di kelas bahasa Inggris ada satu guru (Ruth, kebangsaan Jerman)  dan satu asisten (Clare, asli Baltimore). Asisten ini hanya volunteer saja, beliau sudah tua dan pensiunan guru. Kecintaan beliau di dunia pendidikan mendorong beliau untuk menjadi volunteer di kelas kami. Meski sudah berumur 60an tahun, tapi energinya masih seperti anak muda, semangatnya di kelas membuat kami menikmati kelas ini. Ngomong-ngomong tetang Clare, beliaulah yang menawari saya untuk menjemput dan mbarengi saya sampai sekolah. How blessed I am! Sampai akhir semester beliau lah yang menjemput dan mengantar saya pulang. Sementara Ruth, guru saya… dia dulu pernah menjadi Au Pair waktu masih muda dan akhirnya menikah dengan orang Amerika. Dia sangat baik, berawal dari membaca tulisan saya di lembar writing test membuat dia sangat penasaran. Pasalnya saya menulis tentang siapakah role model saya. Tulisan biasa dan buat saya ggak ada yang special. Saya hanya menulis tentang Ibu saya yang harus menghidupi keempat anaknya sepeninggal ayah karena sakit ginjal. Ibu yang tak pernah menyerah, meski lelah tapi sekalipun tak pernah mengeluh dan saya ingat sekali ketika duduk di bangku Aliyah Ibu saya tiap sore harus mendapatkan uang untuk transport saya keesok harinya. Entah dia memetik sayur yang seiikatnya hanya terjual Rp 250,00 atau menjual kelapa hingga memanen singkong dan dibuatnya keripik lalu saya jual di sekolah untuk membantu transport setiap hari ke sekolah. Kalau ingat, saya sering mrebes mili bahkan saat menulis ini. Hikz… Mrebes milinya bukan karena saya harus jualan tapi apa yang ibu lakukan untuk saya. Kadang terbersit rasa tidak bersyukur melihat teman-teman yang serba ada, namun dibalik ini saya sangat sadar bahwa ini semua membuat saya lebih kuat, lebih mandiri, lebih menghargai waktu, menghargai orang, dan menghargai arti sebuah perjuangan! Ya, saya menulis tentang perjuangan Ibu saya. Kemudian Ruth banyak bertanya, tentang apa yang saya lakukan di sini. Saya ingat betul, waktu itu saya sedang menunggu bus seorang diri dan sudah sepi tidak ada orang sama sekali, bahkan parkiran hanya ada satu mobil yaitu mobil Ruth. Dia menghampiri saya dan kamipun mengobrol sampai bus datang. Dia baik sekali, diapun memastikan kepada kondektur bus agar muridnya ini selamat sampai kota. Hi hi…
Suatu hari Ruth mengundang saya makan malam bersama keluarganya di rumah. Waw, saya merasa beruntung sekali bisa sedekat itu dengan guru saya hingga saya diundang makan malam. Sungguh sebuah kehormatan bagi saya. Kamipun mengobrol berempat dengan suaminya Henry dan kedua anaknya yang sudah dewasa Dominic dan Esther. Kami mengobrol banyak tentang Indonesia, tentang agama saya, tentang keluarga saya dan lain sebagainya. Semuanya mengalir dan kami menikmati susana tersebut. Beberapa kali saya diundang ke rumah dan bermain game dengan grandma, Ibunya Henry. Wah, meski udah sepuh tapi mau diajak maen game, sesekali kami cekikan melihat tingkah grandma yang sok-sokan expert di game yang kami mainkan. Ulahnya yang humoris membuat saya betah berada di sana. Si Esther suka banget bikin kue, yah sedikit belajar bikin kue dan yang jelas makaaaaan!. Sesekali Ruth masak makanan asia untuk kami, mie bihun ala mereka. Haha meski rasanya jauh beda sama bikinan emak saya, tetap saja enaklah. Apalagi makan dengan orang-orang yang menyenangkan seperti mereka. Suatu malam kami juga pernah nonton konser music klasik bersama, grandma juga tak ketinggalan. Dengan jalannya yang sudah terhuyung-huyung, tapi tetap saja dandan secantik mungkin dengan baju dan syal yang matching pokoknya. Haha…
Terakhir, fall class belum selesai…namun saya harus pulang ke Indonesia. Karena memang sudah jatahnya pulang. Di pertemuan terakhir saya dengan Ruth, Clare, dan teman-teman yang lain…Ruth membawa sebaskom dessert berisi kue strawberry dengan krim. Yang sukses membuat saya terharu karena dia menyempatkan membawanya dari rumah. Meski yang buat si Esther. Si Clare juga, saat pelajaran berlangsung, diam-diam dia berkeliling menyodorkan sebuah kartu di mana semua murid bergiliran menulis sesuatu untuk saya. Kebetulan waktu itu saya duduk di bangku paling depan. Jadi saya ggak ngeh juga.Wah…bisa dibayangkan gak si betapa terharunya saya.
Buku dari Ruth, coklat dari Clare dan kartu ucapan berisikan tulisan dari teman-teman kelas saya
Buku dari Ruth, coklat dari Clare dan kartu ucapan berisikan tulisan dari teman-teman kelas saya

Clare berada di pojok kanan berjas hitam, dan Ruth tepat di sebelahnya (berkostum à la Jerman), dan beberapa teman. Teman yang lain kebetulan sudah pulang.
Clare berada di pojok kanan berjas hitam, dan Ruth tepat di sebelahnya (berkostum à la Jerman), dan beberapa teman. Teman yang lain kebetulan sudah pulang.
Ah rasanya tidak ada habisnya bercerita tentang pengalaman-pengalaman yang terjadi selama satu tahun Au Pair!

Unforgettable Experience
Banyak hal yang tidak bisa dilupakan selama saya menjadi Au Pair. Sedih, bahagia, dan bahkan konyol. Nih beberapa pengalaman konyol saya. Pertama, ini benar-benar sukses membuat saya panik setengah mati. Jadi, setelah child care training di Florida saya harus naik pesawat ke Baltimore. Waktu itu saya sudah di waiting room dengan tiket boarding pass saya. Saya sudah sangat-sangat yakin berada di gate yang benar. Kalau tidak salah gate 34A. Nah kebetulan samping gate 34A itu 34B alias waiting roomnya juga bisa dibilang bersebelahan. Nah, kebetulan juga nih dua gate itu punya jam penerbangan yang sama. Kebetulan banget kan? Lalu saya pun masuk ke kabin. Saya juga cuek sama announcement dari pramugari, paling juga gitu-gitu aja. Ngumumin penerbangan tujuan mana, waktu tempuh berapa lama, dll. Harusnya saya dengarkan betul itu tujuan pesawat ke mana. Harusnya ke Baltimore eh ternyata pesawat yang saya tumpangi menuju Louisville, dekat Kentacky. That’s sucks! pikir saya. Saya sudah curiga ketika harusnya saya tiba di Baltimore jam 9 malam, namun pesawat tersebut sudah landing jam 6 sore. Tak salah lagi, saya tersesat!!!! Welcome to Louisville….taraaaaa….membaca tulisan itu hati saya semakin deg deg an seperti mau ketemu pacar untuk pertama kalinya. Louisville adalah sebuah kota di Kentucky. Belum sampai ke tempat host family saja sudah bikin kekonyolan seperti ini. Sayapun langsung mengabari host dad saya kalau saya salah naik pesawat. Aduh malu rasanya, bisa-bisanya loh? Semuanya serba kebetulan. Petugas pengecekan tiket tidak bilang apa-apa, sudah begitu kebetulan pesawatnya open seat. Jadi terserah saya bisa duduk di mana saja. Dengan demikian ya ggak ada yang ngeh kalau saya salah naik pesawat. Udah gitu, tidak semua kursinya terisi. Paket komplit yang serba kebetulan judulnya!  Saya panik sekali. Masih mending kalau salah naik bus di kota sendiri, Nah ini baru sekali go aboard dan salah naik pesawat pula. Untungnya peugas bandara sangat baik dan sayapun harus naik pesawat dua kali lagi untuk sampai Baltimore tanpa harus membayar lagi.
Kedua, Lupa mematikan alarm rumah. Di Amerika, kebanyakan rumah mempunyai alarm yang dapat langsung tersambung ke pihak kepolisian jika alarm berbunyi. Waktu itu saya sedang berada di rumah sendiri, sedangkan keluarga sedang pergi ke luar kota untuk urusan dinas. Sebelum saya tidur, saya sudah merasa mematikan alarm. Pagi-pagi saya bangun, ingin menghirup udara segar dari balcon dengan view deretan kapal-kapal di dermaga tak jauh dari rumah. Rumah kami berada di pusat kota, dari balkon kami disuguhi pemandangan indah, dari bangunan-bangunan pencakar langit, dan deretan kapal-kapal di dermaga. Sore hari kami bisa melihat senja dari balik gedung-gedung tinggi tersebut, dan di malam hari kami bisa menyaksikan kerlap-kerlip lampu kota. Sesekali kami BBQ-an sambil mengobrol bersama. Nah, pagi itu saya naik ke lantai dua dan membuka pintu menuju balkon. Bunyi sirene keras sekali membuat saya tersentak, detak jantung naik turun tak berarturan, seakan-akan ada aliran darah yang langsung naik ke kepala. Saya kaget setengah mati. Saya gugup, dan tak bergerak. Saya bingung hingga akhirnya saya langsung turun ke ruang tamu untuk mematikan alarm. Ahirnya sirenepun berhasil didiamkan. Saya mengintip dari balik jendela, ada beberapa suara di samping rumah. Ngeeeek….satu mobil polisi dengan 4 orang berseragam. Tak salah lagi, ini pasti karena alarm yang tadi berbunyi. Telpon saya bordering, segera saya angkat. Ternyata dari host dad saya. Jika alarm berbunyi maka akan segera mengontak si tuan rumah. Niha? Apa semua baik-baik saya? Dengan masih gemetaran saya jawab kalau saya lupa mematikan alarm dan sirine berteriak memekakkan telingan dan nyaris berhasil membuat saya jantungan. Tok…tok…tok, ada yang mengetuk pintu. Tak salah lagi pak polisi datang, dengan malu saya bukakan pintu dan polisi bilang, did you turn off the alarm ma’am? yes sir! Saya tersenyum malu, malu karena melakukan kekonyolan dan mengangguk lalu dia pergi. Dari sini, saya mengerti bagaimana sistem pengamanan di Amerika bisa bekerja dengan cepat. Polisi datang tak kurang dari 5 menit setelah alarm berbunyi.
Ketiga, saya merusakkan badcover fancy di kamar tamu. Suatu siang host kid sedang bobok siang. Saat itu memang sedang dalam periode training potty. Dia sedang dilatih untuk tidak memakai pampers dan ternyata tidak mudah pemirsah! Sedikit demi sedikit dia mau pipis di toilet namun awal-awal dia masih pipis di celana. Kadang tercecer di lantai. Lama-kelamaan dia merasa jijik. Bagus deh! Artinya dia sudah mulai mebiasakan diri pipis di toilet. Akan tetapi, untuk buang air besar dia masih belum bisa di toilet. Entah kenapa, mungkin belum terbiasa. Oya, kembali ke topik pembicaraan tadi ya. Host kid saya yang laki-laki sedang bobok siang, nah dia ggak pakai pampers… saya kasih handuk tebal saja di bawahnya sehingga kalau dia pipis gak tembus sampai kasur. Kenapa ggak pake perlak? Karena mereka ggak punya perlak, dan saya hanya melakukan seperti yang ibunya lakukan. Apa yang saya khawatirkan terjadi, dia ngompol…bad cover basah. Tak perlu pikir panjang, saya ambil bad cover tersebut dan memasukkan ke dalam mesin cuci. Saya pikir tindakan saya benar tanpa bertanya dahulu ke host mom saya. Karena bad covernya tebal, ada bagian yang terjepit di pintu mesin cuci yang mengakibatkan bad cover robek dengan bekas seperti terbakar. Waktu itu saya takut sekali bagaimana saya harus bilang ke host mom saya karena bad cover fancy-nya rusak oleh tangan saya. Saya memberanikan diri untuk berterus terang tentang apa yang terjadi, host mom pun menginterogasi saya dengan muka yang membuat saya mengkeret. Kebetulan muka dia memang begitu, agak menyeramkan dan bikin takut kadang…tapi kalau senyum cantik sekali. Ha…ha… Dia bertanya kenapa bisa terjadi, saya jelaskan blab bla bla. I’m just trying to help you! Dia bilang memang bad cover itu tidak seharusnya dimasukkan dalam mesin cuci yang tidak cukup besar untuk menampungnya. Saya langsung sms ke host dad yang waktu itu masih di kantor. Saya bilang kalau barusan saya made a trouble. Saya bersedia mengganti jika memang perlu. Tapi keesokan harinya dia bilang, tidak usah khawatir Niha. Kecelakaan seperti itu bisa terjadi kepada siapapun dan kapanpun, yang paling penting kamu tidak ada masalah saat bersama anak-anak. Akhirnya saya lega. Sayapun menjahitnya meski agak susah karena sobeknya tidak beraturan. Kebetulan saya masih nyimpen fotonya nih. Haha… saat itu saya mikir kalau ini bisa jadi sejarah yang tak terlupakan.

Terlihat jelaskan bagaimana sobekan-sobekan ini sulit dijahit lagi karena sobeknya bukan di bekas jahitan. Namun akhirnya, host mam saya bilang “waaah… you did it Niha?” Jahitan tangan saya rapi guys! Maklum di rumah saya tukang jahit-jahit perca. Hahaha

Keempat, ini juga terjadi saat keluarga ke luar kota. Host dad saya adalah orang penting di John Hopkins Hospital, jadi tidak heran kalau dia sering kali pergi ke luar kota untuk dinas, biasanya mengajak istri dan anak-anaknya sekalian jalan-jalan. Kali itu saya membuat kekonyolan lagi yang pastinya tanpa disengaja dong. Saya mengambil sesuatu di freezer dan mungkin waktu itu saya tidak menutupnya dengan rapat. Saya tidak ingat lagi berapa hari saya membiarkan pintu freezer dalam keadaan tersebut. Sekali lagi, memang karena saya tidak sengaja dan tidak tahu. Waktu mereka pulang, host mom saya membuka freezer, sontak kaget karena makanan-makanan yang di freezer sudah tidak berbentuk lagi. Makanan-makan tersebut berbalut es yang sudah membeku di mana-mana.Yaela….akhirya malam-malam sekitar jam 10 saya membersihkan makanan-makanan di freezer.Menteteli bongkahan-bongkahan es yang menempel, seperti menteteli pritilan daging ayam. Wah wah…. Tak ingat lagi berapa lama saya menyelesaikan itu yang jelas saya ingat betul bagaimana tangan ini menjadi panas oleh dinginnya es. Ha ha..

Nah, itu tadi beberapa gambaran tentang program Au Pair. Tertarik? Tidak ada salahnya kalian mencoba sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya. Banyak sekali manfaat yang didapat dari program ini. Pertama, karena tugas kita membantu mengasuh anak, otomatis kita akan belajar bagaimana menghadapi anak-anak,memberikan perlakuan-perlakuan khusus dan pendekatan personal yang tepat, saya juga belajar banyak bagaimana orang tua di luar negeri sangat strict dalam mendisiplinkan anak. Mulai dari masalah belajar, bermain, kegiatan di luar, makan, kebersihan, tidur dan lain sebagainya. Hal ini tentu sangat-sangat bermanfaat buat saya mengingat saya kelak juga akan menjadi Ibu. Kedua, kita bisa menjalin relasi dengan orang-orang dari berbagai negara. Di sekolah atau tempat kursus biasanya akan bertemu dengan teman-teman dari negara yang berbeda-beda. Ini adalah kesempatan bagus untuk kita berbagi informasi, mengobrol tentang budaya yang beraneka ragam, sistem pendidikan, makanan khas, dan topik lainnya. Ketiga, menjadi au pair membuat saya menjadi pribadi yang lebih mandiri dan harus sigap ketika ada masalah. Saya harus mencari sekolah dan mendaftar hingga mengurus rekening bank dan social security number sendiri, beberapa kali berpelesir sendiri keluar kota dengan bus (alternatif transportasi yang paling murah). Kadang sendiri itu menyenangkan, meski sempat nyasar-nyasar dan salah naik bus. He he, tapi seru! Dengan kesasar sering kali saya menemukan sesuatu yang hal yang menarik dan bertemu orang baru. 

Mari belajar! Mari berpetualang!

Oleh: Nihayatu Zunairoh

Subscribe to receive free email updates:

7 Responses to "Au Pair Sebagai Ajang Pertukaran Budaya"

  1. Hey, aku rencana pengen aku Au pair di Amerika, sekarang aku sedang Au pair di Denmark. Aku udah coba daftar expert Au pair, trus udh diisi formnya trus apakah dokumen itu nanti setelah dikontak dari pihak agensinya waktu itu? Dikontak agensinya nunggu berapa lama?thks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Prihadini,
      Terima kasih sudah mampir ke blog kami ya. Mohon maaf baru membalas pertanyaannya,karena sudah lama tidak membuka blog :). Oh ya, jadi kamu udah sign up online melalui website Expert Au Pair? Untuk berapa lama nunggunya tidak pasti. Sebaiknya kamu menghubungi staf Expert Au Pair. Kamu bisa kontak katie@expertaupair.com atau kimberly@expertaupair.com. Mereka berdua the placement specialist. Setelah sign up, kamu bisa kontak langsung Kimberly. Dia akan membantu para kandidat au pair yang sudah mendaftar online. Yang kemudian, bisa mencarikan host family sesuai dengan kriteria kamu. Semoga cukup menjawab ya.
      Good luck!

      Warm regard
      Niha

      Delete
  2. Oja,dokumen yg aku maksud kyk skck dsbnya..

    ReplyDelete
  3. Dear Prihandini,
    Untuk dokumen biasanya dikirim setelah Expert Au Pair mengkontak kamu. Mereka akan memberi petunjuk dokumen dan persiapan apa saja yang dibutuhkan :)

    ReplyDelete
  4. Dear Niha,

    Berapa lama kamu nunggu kabar setelah kamu login nyari host family?
    Aku udah daftar ke expert aupair kebtulan wktu itu yg bls email aku juga si Mark, tpi blm ada yg tertarik katanya. Aku apply bulan maret 2015.

    ReplyDelete
  5. Hei Yeni,
    Seperti yang sudah aku tulis bahwa aku dapet host family dulu baru log in. Karena host family ku yang sudah pakai EA sejak au paor mereka yang pertama.
    Iya, untuk lama nunggunya memang gak tentu. Tp EA biasanya akan terus mencarikan host family yg sesuai kriteria di profile kamu. Good luck ya Yeni :)

    ReplyDelete
  6. Niha hai... Apa boleh sy minta personal contact kamu untuk bertanya lebih detail soal au pair di amerika. Saat ini saya partner agency untuk au pair ke Belanda. Tp ada American family yg kontak saya untuk cari au pair dr
    Indonesia. Sy sudah baca blog kamu tentang pengurusan visanya tp saya pikir mungkin sy bisa tanya lebih detail. Jika bersedia mohon kontak saya di sarie@deandra-aupairs.com. Terima kasih. Rg, Sarie

    ReplyDelete