Sepercik Duka Dari Tanah Kelahiran
Tatkala sang
surga menghela sinarnya dari ufuk timur
Sejenak
semua ikhwal hadir disekitar memanjakan pandangan semua mata
Berkali-kali
gemercik air nyaring terdengar ditanah ranah
Titik-titik
embun merebah disetiap helai daun kerinduan
Udara
menyejuk, berlari kesana-kemari
Memberi
beribu-ribu kedamaian dihati
Mendekap dan
menyelimuti jasad-jasad yang masih berdetak
Semua
musnah…..!!!!
Tawa
mendadak meledak menjadi tangis
Semua jiwa
tercengang, larut dalam sebuah tragedi tragis
Satu persatu
bebatuan terkapar diatas porak poranda ribuan asa dan mimpi yang masih
menggantung diatap istana-istana kecil tak bersinggasana
“Buat kami,
sudah cukup sebagai muara kebahagiaan yang tak terkira”
Dan semua
hanyut bersama riak-riak gelombang besar yang tak sempat singgah istirahat
diantara rimbunya pohon mangrove yang bernaung mega mendung sejagad
Entah ini
teguran atau hanya sebuah peringatan yang diberi oleh Sang Pencipta
Dengan
tiba-tiba bencana mendadak singgah tanpa permisi di tanah kelahiran
Tanpa tau
hikmah dibalik semua itu
Hanya dalam
waktu, semua masih bisa bergerak
Setelah
mereka terpaksa langkahkan kaki tanpa arah tujuan yang pasti
Sejatinya
saat itu tiada suatu kebaikan,
yang mampu
menutupi tatapan mata yang menjeritkan penderitaan
Bahkan tiada
selembar kanvaspun, sanggup menerima goresan sketsa-sketsa hitam dari hati yang
tengah beduka
dari tanah
kelahiran yang nyaris tinggal kenangan
Dimana lagi
kami harus merenda setiap mimpi?
Sedang kini
tanah kelahiran telah ternoda oleh sepercik duka
Dan tiada
sesuatu, membuat kami merasa lega
Bahkan tiada
sesuatu pula yang mampu kami lakukan
Selain
merangkum semua dalam
“sepercik duka dari tanah
kelahiran”
Serta
berharap ada kebahagiaan yang menanti disana
Desember 2007
“Turut berduka cita atas tragedi Tsunami yang menimpa Aceh dan
sekitarnya. Puisi ini tak berarti apa-apa. Hanya menggambarkan sebuah
kesedihan. Murni dari sisi pandang penulis. Tanpa diskriminasi, provokasi, dan
lain sebagainya.
Harapan penulis, semoga warga Aceh di beri kesabaran, dan semangat
untuk merajut asa di masa mendatang”
0 Response to "Sepercik Duka Dari Tanah Kelahiran"
Post a Comment