Jodoh Itu Melengkapi Kekurangan Satu Sama Lain



Orang banyak berkata, jodoh itu melengkapi kekurangan satu sama lain. Aku setuju, aku melihat itu pada kisah beliau berdua: bapak ibukku. Beliau berdua mendidik keempat anaknya dengan banyak cara yang bertolak belakang tapi dengan satu tujuan baik. 

None Fariza Melda
Jika marah, Ibuk meluapkannya saat itu juga dengan menggebu-gebu. Tidak jarang kami ambil hati perkataan Ibuk saat marah. Kemudian ada yang hadir untuk menenangkan kami. Beliau adalah bapak. Bapak memberikan penjelasan mengapa ibuk sebegitunya marah. Mewajarkan kemarahan ibuk agar kami tidak sakit hati dengan yang sudah ibuk ucapkan. Kemudian, beliau menasehati kami dengan cara yang berbeda. 

Dihadapkan dengan pilihan, bapak akan menunjukkan pilihan dengan resiko terkecil. Sedangkan ibuk, memberikan motivasi besar-besaran untuk mengambil pilihan yang beresiko besar sekalipun. 

Bapak bukan tipe romantis. Merindukan anak-anaknya tidak beliau ungkapkan begitu saja. Sedangkan ibuk? Terus menelpon anaknya, meminta agar lekas pulang seraya berkata rindu berkali-kali. 

Pernah, adik bungsuku panas hampir mendekati 40°c. Bapak sudah uring-uringan karena sangat khawatir. Sedangkan ibuk, masih dengan tenang mengompres kening si bungsu. Bapak sudah bersikukuh membawa si bungsu untuk opname, tapi karena situasi saat itu tidak memungkinkan, ibuk tidak kalah bersikukuh memaksa agar tetap di rumah. Saat itu, aku melihat dua sosok ini sangat jauh berbeda, tapi mereka bisa berbahagia lebih dari 25 tahun. 
None Fariza Melda

Sampai pada akhirnya, Allah pisahkan bapak ibuk dengan maut. Bapak dipanggil Allah bulan April 2013. Getir hati kami melihat ibuk. Bagaimana tidak? Ibuk tidak menangis seheboh empat anak-anaknya. Ibuk tidak mengelu-elukan kepergian bapak. Aku lihat, ibuk sangat legowo dengan ketetapanNya. Sama sekali tidak ada adegan dimana ibuk pingsan sampai mengantarkan bapak dikuburkan. Pagi hari setelahnya, baru kami dapati ibuk menangis tersedu sangat dalam saat solat tahajud. Ini bukan tangisan tidak ikhlas ditinggalkan, kami berempat paham tangisan ibuk. Partner hidupnya Allah ambil dengan begitu tiba-tiba. Bahkan sampai sekarang, kami masih sangat memahami jika ibuk masih menangis mendoakan bapak. Karena kamipun begitu, masih sering terisak.

Sifat beliau berdua banyak yang tidak sama. Tapi beliau berdua bisa saling memahami, saling melengkapi, saling memafkan kekurangan, dan saling membahagiakan selama pernikahan 30 tahun. Bagi kami, sayang kamipun menjadi adil karena keduanya mempuanyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Aku menjadi tau harus bersandar ke siapa ketika mengalami masalah ini dan masalah itu. Bapak dan ibuk memiliki keahlian tersendiri untuk memberikan solusi.
Bapak dan Ibu None Fariza Melda

Bapak dan Ibuk, kalian adalah orangtua versi terbaik bagi kami berempat. Cinta kami untuk kalian.

Yogyakarta, 31 Agustus 2015
Oleh: None Fariza Melda (http://meldameldiology.tumblr.com)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jodoh Itu Melengkapi Kekurangan Satu Sama Lain"

Post a Comment