Jodoh Itu Melengkapi Kekurangan Satu Sama Lain
Orang banyak berkata, jodoh itu melengkapi kekurangan satu sama lain. Aku setuju, aku melihat itu pada kisah beliau berdua: bapak
ibukku. Beliau berdua mendidik keempat anaknya dengan banyak cara yang bertolak
belakang tapi dengan satu tujuan baik.
Jika marah, Ibuk meluapkannya saat itu juga
dengan menggebu-gebu. Tidak jarang kami ambil hati perkataan Ibuk saat
marah. Kemudian ada yang hadir untuk menenangkan kami. Beliau adalah bapak.
Bapak memberikan penjelasan mengapa ibuk sebegitunya marah. Mewajarkan
kemarahan ibuk agar kami tidak sakit hati dengan yang sudah ibuk
ucapkan. Kemudian, beliau menasehati kami dengan cara yang berbeda.
Dihadapkan dengan pilihan, bapak akan menunjukkan
pilihan dengan resiko terkecil. Sedangkan ibuk, memberikan motivasi
besar-besaran untuk mengambil pilihan yang beresiko besar sekalipun.
Bapak bukan tipe romantis. Merindukan anak-anaknya
tidak beliau ungkapkan begitu saja. Sedangkan ibuk? Terus menelpon
anaknya, meminta agar lekas pulang seraya berkata rindu berkali-kali.
Pernah, adik bungsuku panas hampir mendekati 40°c.
Bapak sudah uring-uringan karena sangat khawatir. Sedangkan ibuk, masih
dengan tenang mengompres kening si bungsu. Bapak sudah bersikukuh membawa si
bungsu untuk opname, tapi karena situasi saat itu tidak memungkinkan, ibuk
tidak kalah bersikukuh memaksa agar tetap di rumah. Saat itu, aku melihat dua
sosok ini sangat jauh berbeda, tapi mereka bisa berbahagia lebih dari 25
tahun.
Sampai pada akhirnya, Allah pisahkan bapak ibuk dengan
maut. Bapak dipanggil Allah bulan April 2013. Getir hati kami melihat ibuk.
Bagaimana tidak? Ibuk tidak menangis seheboh empat anak-anaknya. Ibuk
tidak mengelu-elukan kepergian bapak. Aku lihat, ibuk sangat legowo
dengan ketetapanNya. Sama sekali tidak ada adegan dimana ibuk pingsan
sampai mengantarkan bapak dikuburkan. Pagi hari setelahnya, baru kami dapati ibuk
menangis tersedu sangat dalam saat solat tahajud. Ini bukan tangisan tidak
ikhlas ditinggalkan, kami berempat paham tangisan ibuk. Partner hidupnya
Allah ambil dengan begitu tiba-tiba. Bahkan sampai sekarang, kami masih sangat
memahami jika ibuk masih menangis mendoakan bapak. Karena kamipun
begitu, masih sering terisak.
Sifat beliau berdua banyak yang tidak sama. Tapi
beliau berdua bisa saling memahami, saling melengkapi, saling memafkan
kekurangan, dan saling membahagiakan selama pernikahan 30 tahun. Bagi kami,
sayang kamipun menjadi adil karena keduanya mempuanyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Aku menjadi tau harus bersandar ke siapa ketika
mengalami masalah ini dan masalah itu. Bapak dan ibuk memiliki keahlian
tersendiri untuk memberikan solusi.
Bapak dan Ibuk, kalian adalah orangtua versi
terbaik bagi kami berempat. Cinta kami untuk kalian.
Yogyakarta, 31 Agustus 2015
Oleh: None Fariza Melda (http://meldameldiology.tumblr.com)
0 Response to "Jodoh Itu Melengkapi Kekurangan Satu Sama Lain"
Post a Comment