Puisi: Pengorbanan Yang Terlalaikan
Sebelum anda membaca puisi ini, coba deh bayangkan bagaimana suasana perjuangan pahlawan bangsa Indonesia sebelum hari Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jika anda bisa membayangkannya, silahkan anggukkan kepala dan lanjut membaca.
“Bluuuunggggg......!!!”
Suara granat musuh usik telinga
Sekali, dua kali, dan makin menjadi
Barisan kawan hilang satu sisi, benar!
Mayat yang terkelepar itu temanku
Meski batalion kami kalah amunisi, tapi
Bergejolaknya semangat
Membuat kami tak takut mati, walau hanya sebatang bambu menemani
Jantung semakin cepat memacu detak
Darah mengalir mengiringi andrenalin
Menunggu…
Itu yang kami lakukan kini
Kapten berstrategi spontan
Mencari celah serangan mematikan
Tembakan kian sepi...
Granat tak terdengar lagi
Kesempatan ini adalah berkah
“Serang..!!!”
Suara kapten lantang menggelegar
Batalion negri balik menyerang
Bambu lawan pedang
Patriotisme lawan Kolonialisme
Tak disangka tak terduga
Bambu runcing usir penjajah
Patriotisme menyublim kolonialisme
Ini bukan kebetulan…
Tapi ini kenyataan perjuangan
Juga kehendak Tuhan
Saat Sang Merah Putih di kibarkan
Tetesan air mata haru mengucur deras
Dengan tegap kami menangis hormat
“Kita Merdeka!!!”
Begitu bangganya nusantara menyerukanya
Taukah Saudaraku??...
Pada Masa penjajahan,
Tak mudah mengibarkan bendera di negri sendiri
Butuh pengorbanan nyawa pahlawan pemberani
Saat ini...
Negri ini mulai berdiri
Semua sektor diperbaiki
Rumah hingga kota megah telah menghiasi
Tradisional menuju modern
Mesin-mesin pun telah memadati
Makin lama bebas aktif
Makin terkikis pula rasa yang seharusnya ada
Pejuang yang terjun ke medan perang
Pengorbananya mulai terlalaikan
“Tak masalah tidak dihargai, yang penting aman”
Begitu kata para veteran pejuang
“Benar!”
Mereka dapat penghargaan dan pensiunan,
Tapi kadang semuanya tak sebanding dengan yang mereka lakukan
Saat nusantara dijajah,
Mereka bertaruh nyawa memperjuangkan kemerdekaan
Tapi di masa merdeka ini....
Mereka masih juga berjuang,
Berjuang pertahankan hidup
Apakah ini adil untuk mereka?
Inilah perjuangan besar yang terlalaikan
“Hey…!”
Sadar dan bangunlah
Mulailah kita pikirkan, jangan cuma berpura buta
Agar perjuangan tak lagi terabaikan
Oleh: Anas Ariffudin, Agustus 2007
0 Response to "Puisi: Pengorbanan Yang Terlalaikan"
Post a Comment